Semarang – Rapat Kabinet Senin, (20/6/2022), Jokowi menyindir kinerja Bulog yang tidak mampu menjual produk petani. Bahkan Jokowi juga menguraikan soal lemahnya Bulog dalam mengelola serapan produk petani.
“Ini keluhan Presiden untuk ke sekian kali terkait kinerja Bulog. Awal tahun 2022 juga sudah dikeluhkan. Terus kenapa sekarang Juni 2022 dikeluhkan kembali? Terus sekarang bulan Oktober juga diperintah kerja kembali? Apa Presiden lupa?” tanya Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan Riyono.
Kondisi Bulog semakin menyedihkan, beban berat hutang 13 trilyun dan skema bisnis berantakan. Kemampuan yang hanya 6% untuk market beras membuat Bulog hanya sebagai penonton pemain pangan nasional.
Namun ini bukan sepenuhnya salah Bulog, peran pemerintah dalam penugasan kepada Bulog yang ambigu terkait penyerapan gabah petani dan penyedian beras untuk bantuan covid dengan sistem yang tidak tunai membuat Bulog limbung dari sisi keuangan.
“Pak Buwas bulan Maret 2021 sudah menyatakan bahwa Bulog berpotensi rugi besar bisnisnya di 2021. Ternyata tepat prediksinya, hutang 13 T menjadikan Bulog bisa bangkrut. Kondisi ini, Presiden harus berani ambil langkah serius,” papar Riyono.
Kita ingatkan kembali pernyataan Buwas dalam RDP bersama DPR hari Senin, (15/3/2021), bahwa dari impor 2018 sebanyak 1.785.450 ton beras, sampai sekarang masih ada tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya merupakan beras turun mutu. Catatan di bulan Maret 2021 sudah menggambarkan bahwa Bulog akan merugi di tahun 2021.
“PKS meminta agar Presiden melakukan revitalisasi, atau jika memang tugas Bulog sudah tidak mampu diperbaiki, lebih baik dibubarkan saja sesuai arahan Presiden Jokowi. Tapi apa Presiden akan melakukan? Sejak Juni sampai Oktober ini, apa yang sudah dilakukan untuk perbaikan kinerja Bulog?” tanya Riyono.
Bahkan kondisi cadangan beras nasional yang di gudang Bulog tidak sampai 1 juta ton. Menipisnya cadangan pangan ini sebenarnya menjadi gambaran kalau memang Bulog sedang dalam kondisi berat.
“Kalau mau di minta menyerap gabah petani uangnya dari mana? Trus apa iya Bulog mampu? Harga di pasaran terus naik, Bulog tidak mampu bersaing dengan swasta. Jangan memberi harapan yang belum pasti kepada petani dengan mengatakan ‘berapapun harga gabah petani akan di beli?’ Apa iya?” tutup Riyono.