“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah. Akan tetapi, ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya…” (QS. Al-Hajj: 37)
“Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah mengetahui.’…” (QS. Ali Imran: 29)
Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab RA berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’” (Muttafaq alaihi)
Pelajaran dari Hadits di atas adalah:
i. Para ulama sepakat bahwa niat adalah syarat mutlak agar suatu amal diganjar atau dibalas dengan pahala. Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu amal atau perbuatan, mereka berbeda pendapat.
Ulama Syafi’iyah menyebutkan, “Niat adalah syarat sahnya suatu amal atau perbuatan yang bersifat ‘pengantar’ seperti wudhu, dan yang bersifat ‘tujuan’ seperti shalat.”
Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat hanya syarat sahnya amal atau perbuatan yang bersifat ‘tujuan’, dan bukan ‘pengantar’.”
ii. Niat dilakukan di hati, dan tidak ada keharusan untuk diucapkan.
iii. Ikhlas karena Allah merupakan salah satu syarat diterimanya amal atau perbuatan.
b. Ikhlas dalam niat syarat diterimanya amal
Manusia dibangkitkan dari kuburnya pada hari kiamat dengan niatnya sewaktu di dunia. Perhatikan hadits berikut ini:
Ummul Mukminin, Ummu Abdillah, Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Satu pasukan tentara akan menyerang Ka’bah. Ketika tiba di suatu tanah lapang, mereka semua dibenamkan (ke tanah).”
Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mereka dibinasakan semuanya. Padahal, di antara mereka terdapat kaum awam (yang tidak mengerti persoalan) dan orang-orang yang bukan golongan mereka (mereka ikut karena dipaksa)?”
Rasulullah bersabda, “Mereka semua dibinasakan. Kemudian mereka akan dibangkitkan (pada hari Kiamat) sesuai niat mereka.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Ada beberapa pelajaran dari hadits di atas, antara lain sebagai berikut:
i. Perhitungan kebaikan dan keburukan didasarkan pada niat.
ii. Peringatan untuk tidak berteman dengan orang-orang yang tidak baik.
iii. Anjuran untuk berteman dengan orang-orang baik.
iv. Berita dari Rasulullah tentang perkara-perkara gaib yang harus dipercaya apa adanya. Kita juga wajib percaya bahwa perkara-perkara itu akan terjadi sebagaimana diberitakan karena semua yang dikatakan Rasulullah adalah wahyu.
Sumber: http://www.dakwatuna.com