Oleh Cahyadi Takariawan
Pada hari Ahad 4 Oktober 2020, saya mendengar suara hati yang sangat dalam. Dalam forum mulia yang dihadiri para pimpinan lembaga, Mohamad Sohibul Iman, Ph.D (MSI), Presiden PKS, menyampaikan rasa syukur atas modalitas yang sangat kuat melekat pada organisasi.
Suaranya datar, tidak meledak-ledak. Ia memang bukan orator. Namun hal yang disampaikan sangat menunjukkan jati dirinya yang kerap disebut under-capacity oleh beberapa kalangan. Cool, elegan, tidak ‘baper’an.
Selain menyampaikan executive summary, ia menyampaikan dua hal pokok. Bagian pertama, ia mengajak kita semua mensyukuri tiga modalitas yang dimiliki PKS. Bagian kedua, ia mengajak kita melakukan lima fungsi pada masa sekarang dan yang akan datang.
Tiga Modalitas Utama
MSI menyatakan kesyukuran yang tiada henti kepada Allah, bahwa organisasi memiliki modalitas yang sangat kuat. Di tengah berbagai kondisi sulit, di tengah keterbatasan sarana dan fasilitas, di tengah berbagai dinamika internal dan eksternal, Allah berikan kepada kita tiga modal yang luar biasa.
Pertama, Kader yang Militan
Alhamdulillah, organisasi dakwah telah ditopang oleh kader-kader yang militan. Dari Sabang sampai Merauke. Mereka bekerja dengan aktif, bahkan atraktif. Tanpa mereka, PKS tak akan bisa memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara.
Para kader ini tetap bekerja meskipun tak ada kucuran dana. Tetap beraktivitas meskipun tak ada fasilitas. Selalu berkhidmat di setiap musibah yang dihadapi masyarakat. Sungguh bersyukur tiada terkira, Allah hadiahkan kader-kader tangguh yang siap berjuang di berbagai kondisi dan kesulitan.
Kedua, Struktur yang Solid
Alhamdulillah, organisasi dakwah telah ditopang oleh struktur yang solid. Meskipun ada usaha untuk merusak dan memecah, soliditas struktur tetap terjaga. Inilah sistem yang kuat, yang menyebabkan struktur menjadi sehat. Patah satu tumbuh seribu, ketika ada yang menghilang, ribuan yang datang.
Soliditas struktur membuat para kader yang militan bisa bergerak secara efektif. Sehebat apapun kader, jika tidak dibarengi dengan struktur yang solid, kurang optimal dalam perjuangan. Dengan struktur yang solid, berbagai potensi kader bisa dioptimalkan secara efektif.
Ketiga, Tradisi Amal Jama’i yang Mumpuni
Para kader yang militan, didukung struktur yang solid, mampu menghadirkan tradisi amal jama’i yang mumpuni. Sebuah kebersamaan, harmoni, sinergi dari seluruh bagian organisasi. Dari bawah sampai atas, semua bekerja dalam kolektifitas yang mumpuni, sehingga mampu menorehkan prestasi.
Pencapaian yang didapatkan PKS pada Pemilu 2019, adalah kerja kolektif. Kerja bersama dari semua kader dan struktur, bersama dengan masyarakat. Ini tidak boleh diabaikan dan tidak boleh disepelekan. Tanpa kerja kolektif yang handal, kita tidak mungkain menggapai prestasi.
Kenaikan perolehan suara PKS bukan karena kehebatan seseorang, bukan karena kehebatan tokoh, namun karena tiga modalitas utama, yaitu kader yang militan, struktur yang solid, dan tradisi amal jama’i yang mumpuni. Ketiganya berkolaborasi melahirkan akumulasi pengetahuan dan pengalaman, dari 22 tahun perjuangan.
Para kader dan struktur pandai melakukan akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan di sepanjang perjalanan. Duapuluh dua tahun waktu yang telah dilalui, memiliki sangat banyak nilai dan makna yang menguatkan dan menyuburkan cinta kepada visi perjuangan.
Lima Fungsi Masa Kini dan Masa Nanti
Selanjutnya di bagian kedua, MSI menyampaikan harapan kepada semua pimpinan dan kader. MSI menyatakan, ini adalah forum untuk beliau menitipkan hal-hal yang selama lima tahun kepengurusan beliau dapatkan. “Saya menitipkan lima hal berikut ini, kepada kepengurusan periode depan nanti”, ujar beliau.
Pertama, Kaderisasi
Sebagaimana telah disampaikan, modalitas utama PKS adalah kader yang militan. Oleh karena itu, hal yang mutlak harus selalu dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan kinerja kaderisasi. Karena di sinilah letak kekuatan utama dalam menghasilkan kader-kader yang hebat.
Fungsi kaderisasi yang sangat utama ada dua, yaitu memproduksi kader baru, dan menjaga kualitas kader.
Kader baru yang militan harus terus menerus dicetak, sementara itu kader lama dijaga kualitasnya. Jangan sampai kader baru sedemikian militan, namun kader lama mengalami penurunan kualitas militansi.
Kedua, Regenerasi
Organisasi dakwah akan selalu sehat apabila mampu melakukan regenerasi. “Flow of duty” harus mengalirkan kader ke berbagai pos dan posisi untuk mengoptimalkan berbagai potensi. Jangan sampai terbentuk “genangan kader”, sebab segala sesuatu yang menggenang, akan menjadi keruh dan tidak sehat.
Kita harus mampu melahirkan gelombang, bukan saja impuls. Jika hanya menghasilkan impuls, kita tidak akan bisa menjaga ritme perjuangan. Sekali menghantarkan kepada kemenangan, setelah itu tak bisa dijaga lagi.
Ketiga, Harmonisasi
Organisasi dakwah harus terus menerus melakukan upayakan harmonisasi. Ada dua sisi harmonisasi yang sangat penting untuk terus menerus kita upayakan. Sisi pertama adalah harmonisasi kader, struktur dan pejabat publik. Jangan sampai muncul kesenjangan dan disharmoni di antara tiga elemen tersebut.
Sisi kedua adalah harmonisasi dalam konteks kesejahteraan. Agar selalu mengupayakan kesejahteraan anggota sehingga tidak menimbulkan kesenjangan dan disharmoni, terutama dengan para pejabat publik. Apabila terjadi harmoni, semua aktivitas akan lebih lancar dan terkendali.
Keempat, Delegasi
Organisasi dakwah harus mampu melakukan delegasi yang proporsional, baik kepada kader maupun struktur. Ada berbagai peran dan kegiatan yang bisa didelegasikan, sehingga kader dan struktur di semua level dan semua usia memiliki peran yang optimal. Tugas jangan menumpuk pada orang tertentu atau level tertentu, namun harus memberi delegasi, bahkan kepada para kader muda belia.
Jangan pernah menyepelekan kemampuan kader dan struktur di level paling bawah sekalipun. Kita sering menjumpai fenomena, kemampuan kader di berbagai daerah yang sangat hebat. Bahkan kemampuan mereka jauh melampaui imajinasi dari para pimpinan. Maka berikan kepercayaan, berikan amanah secara proporsional.
Kelima, Mitigasi
Organisasi harus mampu melakukan mitigasi terhadap berbagai stigma yang sering dituduhkan. Ada stigma keagamaan, dengan tudingan wahabi dan lain sebagainya. Ada stigma kebangsaan yang mencurigai nasionalisme dan keberpihakan terhadap NKRI. Ada stigma kemanusiaan yang mengaitkan dengan isu terorisme dan radikalisme.
Kita harus selalu memberikan jawaban yang tepat, dengan amal nyata, bahwa stigma tersebut semuanya dusta. Selama ini PKS memiliki prinsip keagamaan yang rahmatan lil ‘alamin. Dari awal berdiri PKS sangat mencintai dan menjaga NKRI. Demikian pula PKS tidak menyetujui berbagai tindak teorisme dan radikalisme.
Kelima fungsi ini insyaallah akan bisa berjalan dengan baik, apabila kita mampu mengoptimalkan tiga modalitas utama yang telah kita punya. Semoga Allah berikan kekuatan dan keberkahan bagi PKS untuk menata dan membangun negeri ini.
Bandung, 5 Oktober 2020
Ditulis dengan bahasa penulis sendiri, dari ingatan saat mengikuti forum
(dikutip dari pksjogja)