anies baswedan pamitJAKARTA, 27 Juli 2016, Pukul 14.00 WIB. Genap 20 bulan lelaki itu mengemban amanah mencerdaskan kehidupan bangsa. Memajukan pendidikan di tanah air.

Namun di tanggal dan jam itu pula amanah tersebut dilepas dari pundak tanggungjawabnya.

Sore itu, ia ditemani keluarga mengucap salam perpisahan kepada ratusan pegawai dan staf di Kemdikbud.

“Teman-teman semua, hari ini, 27 Juli, tugas saya di Kemdikbud telah dicukupkan. Saya menjabat 27 Oktober 2014. Persis 20 bulan kemudian, tugas saya selesai. Izinkan saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak Presiden untuk berkiprah di bidang pendidkan. Saat itu saya disumpah menjalankan amanah ini untuk menjalankan amanah kontitusional. Selama 20 bulan berada di sini sangat mengesankan. Saya bekerja sebagai sebuah keluarga besar yang hangat,”

“Di ruangan tadi anak saya bilang, saya nanti akan kehilangan staf, teman-teman yang sangat bersahabat. Karena bekerja di sini lebih dari profesi tapi ada ikatan hati,” imbuhnya dengan suara bergetar.

“Izinkan kami, saya, istri saya, anak-anak saya, pamit. Izinkan kami melanjutkan ikhtiar kami di luar kementerian,”

Mengiringi pelepasan tugas dan amanahnya sebagai Mendikbud, ia menulis surat untuk seluruh guru di tanah air Indonesia.

Kepada Yth,
Ibu/Bapak Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selama 20 bulan ini saya mendapatkan kehormatan menjalankan sebuah amanah konstitusi dan amanah dari Allah SWT untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa lewat jalur pemerintahan.

Hari ini saya mengakhiri masa tugas di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas ini telah dicukupkan.

Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi pada Presiden Jokowi yang telah memberikan kehormatan ini. Tugas besar ini mendasar karena pendidikan dan kebudayaan menyangkut masa depan kita, masa depan bangsa tercinta.

Sejak bertugas di Kemendikbud, saya meneruskan kebiasaan berkeliling ke penjuru Indonesia, ke sudut-sudut Nusantara, berbincang langsung dengan ribuan guru dan tenaga kependidikan.

Saya menemukan mutiara-mutiara berkilauan di sudut-sudut tersulit Republik ini.

Dinding kelas bisa reyot dan rapuh, tapi semangat guru, siswa dan orangtua tegak kokoh. Dalam kesederhanaan fasilitas, sebuah PR besar pemerintah, saya melihat gelora keceriaan belajar yang luar biasa.

Dikutip dari islampos.com